Api Militansi Nabi: Spirit Perjuangan Sepanjang Zaman

Maulid Nabi bukan hanya tentang kelahiran seorang manusia agung,
tetapi tentang lahirnya sebuah peradaban,
yang dibangun dengan keringat, air mata, bahkan darah perjuangan.

Rasulullah tidak lahir di istana,
tidak dibesarkan dalam pangkuan kemewahan,
tetapi beliau tumbuh menjadi pejuang sejati.
Dihina, diusir, diboikot, bahkan hendak dibunuh
namun beliau tidak pernah menyerah.
Militansinya bukan karena ambisi pribadi,
melainkan karena keyakinan penuh pada amanat Ilahi.

Di sinilah kita belajar:
bahwa hidup sejatinya adalah perjuangan.
Kata-kata sederhana K.H. Imam Zarkasyi
menggema laksana lonceng pengingat:
“Hidup adalah perjuangan.”
Dan perjuangan itu, kata K.H. Hasan Abdullah Sahal,
bukan semata fisik, melainkan juga ilmu, akhlak, dan istiqamah.
K.H. Sahal Mahfudh pun berpesan,
“Kesabaran itu bukan berhenti,
tetapi terus melangkah meski perlahan.”

Maka, Maulid Nabi adalah ajakan,
agar kita tak mudah lemah oleh tantangan zaman,
tak larut dalam keluhan,
tak terjebak dalam putus asa.
Karena Rasulullah telah menunjukkan,
bahwa sebesar apa pun badai yang menerpa,
iman dan perjuangan harus tetap tegak.

Hari ini, di tengah derasnya arus globalisasi,
di tengah persaingan yang mengikis,
kita membutuhkan militansi yang cerdas,
yang lahir dari keikhlasan dan keberanian.
Militansi yang berorientasi bukan pada kemenangan sesaat,
tetapi pada kebermanfaatan sepanjang hayat.

Rasulullahbersabda,
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesamanya.”
Inilah wajah sejati perjuangan:
bukan untuk diri sendiri, tetapi untuk umat,
bukan untuk gengsi, tetapi untuk kemuliaan.

Maka marilah kita warisi api militansi Nabi,
kita rawat dengan nasihat para kiai,
agar perjuangan hidup kita tidak redup oleh zaman,
tetapi menyala terang, hangat, dan membimbing jalan.

Liputan Terkait

Liputan Terpopuler